Selama ini, kalimat pasif “dituduh” tak banyak memberi manfaat kepada penggunanya. Orang cenderung menggunakan kalimat aktif saat menulis atau bertutur kata.
Namun, hal itu tak selamanya benar. Andre Moller pernah menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Di saat tertentu, ketika kalimat aktif “tak berani menampakkan batang hidungnya”, justru kalimat pasif menunjukkan kedigdayaannya.
Menurut pencinta bahasa Indonesia asal Swedia itu, “seburuk-buruknya” kalimat pasif, ia berjasa bagi orang-orang tertentu. Orang sungkan, misalnya.
Seseorang yang memiliki rasa sungkan tinggi bisa memanfaatkan kalimat pasif untuk mengeliminasi rasa tidak nyaman yang kerap melanda hatinya. Kok, bisa begitu, ya?
Penyusun Kamus Swedia-Indonesia, Indonesia-Swedia itu telah “membantu” seorang pegawai baru di sebuah kantor besar menjawab “pertanyaan sulit” yang diajukan pegawai lainnya.
Kala itu, Pak Andre menyodorkan sebuah strategi jitu bagi si pegawai baru. Strategi jitu yang ditawarkannya bernama kalimat pasif.
Kalimat pasif bisa menjadi senjata untuk menjawab pertanyaan sulit?
Kalimat Pasif, si Anak Tiri
Kadang-kadang terasa menyesakkan dada. Kalimat pasif kerap “dianaktirikan”.
Kita bisa menemukan kenyataan pahit ini dalam dunia tulis-menulis. Umumnya, pelbagai metode menulis memberi saran yang tak memihak kalimat pasif. Mereka menganggap kalimat aktif lebih menawan dan gampang menarik hati (calon) pembaca.
Silakan baca peringatan tentang adanya kalimat yang bisa membunuh.
Konon, kalimat aktif juga lebih berdaya di dunia maya. Konten dengan banyak kalimat aktif dinilai lebih efektif “memikat hati” robot perayap untuk menghampirinya ketimbang konten yang didominasi kalimat pasif.
Bisa jadi pernyataan semacam itu benar. Namun, apakah selamanya berlaku kondisi seperti itu?
Apa Itu Kalimat Pasif?
Sebelum berlanjut membincang kegunaan kalimat pasif, seyogianya kita bahas dulu seperti apa kalimat pasif itu.
Dalam buku Ajaib, Istimewa, Kacau, Bahasa Indonesia dari A sampai Z (2019), Andre Moller menyatakan bahwa bentuk pasif dijumpai dalam kalimat yang subjeknya dikenai suatu pekerjaan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memaknai kalimat pasif sebagai kalimat yang subjeknya merupakan tujuan dari perbuatan dalam predikat verbalnya.
Sementara itu, dengan bahasa yang agak berbeda, sebuah artikel yang terbit di Media Indonesia mengemukakan fungsi kalimat pasif. Menurut artikel tersebut, kalimat pasif digunakan untuk mengungkapkan aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang.
Kita bisa mengetahui suatu kalimat berbentuk pasif dengan melihat unsur-unsurnya. Beberapa ciri kalimat pasif, antara lain:
2.
Predikat berimbuhan di-, ter-, ke-an, atau
ter-an,
3.
Kadang-kadang terdapat kata “oleh” yang diikuti objek.
Contoh berikut ini mengandung
ketiga ciri kalimat pasif di atas.
Seorang hakim dicemooh oleh pengunjung sidang usai menetapkan vonis yang dianggap tidak memenuhi rasa keadilan.
Infografik ciri-ciri kalimat pasif.Kalimat Pasif Adalah Kalimat yang Bisa Menyelamatkan Anda
Saya kerap mengalami kejadian yang mirip dengan cerita Andre Moller “menyelamatkan” seorang pegawai baru di sebuah kantor besar.
Ketika hendak mengungkapkan suatu kejadian, sementara pelaku dalam kejadian itu tidak jelas, sering timbul keraguan untuk menyebut sang pelaku.
Misalnya dalam kejadian ini.
Anda sedang berjalan-jalan di kompleks perumahan. Tiba-tiba Anda melihat asap hitam mengepul dari halaman sebuah rumah. Ternyata, di situ telah terjadi pembakaran sampah plastik.
Silakan baca juga ulasan mengenai cara memperbaiki kalimat tidak efektif.
Anda bakal kesulitan ketika harus mengabarkan peristiwa itu dalam sebuah kalimat. Anda tidak akan mengatakan bahwa Si A telah membakar sampah di halaman rumah, sebab Anda tidak melihat siapa yang membakar sampah.
Tidak mungkin juga Anda menyampaikan kalimat seperti ini, “Telah membakar sampah plastik di halaman rumah.” Itu bentuk kalimat tidak lengkap.
Nah, di sinilah kalimat pasif tampil bak pahlawan penyelamat kebimbangan. Dengan kalimat pasif, Anda terbebas dari rasa bingung karena bisa mengabaikan subyek.
“Sampah plastik itu dibakar di halaman rumah.”
Melalui contoh kalimat di atas, kalimat pasif menunjukkan “kedigdayaannya”. Fungsi kalimat pasif tersebut tak dapat digantikan oleh kalimat aktif.
Jadi, jangan pernah menyepelekan kalimat pasif, ya. Ternyata, kalimat pasif adalah pahlawan yang bisa menyelamatkan kita saat ditimpa kebimbangan.
Post a Comment
Post a Comment