Apa arti pecundang? Semenjana artinya apa? Kata-kata semacam itu bakal marak dalam kejuaraan sepak bola Piala Dunia.
Piala Dunia sepak bola tengah berlangsung sengit di Qatar.
Semua tim yang berlaga tentu berupaya keras meraih posisi teratas.
Dalam sebuah turnamen biasanya terdapat beberapa golongan peserta berdasarkan kualitas dan peluang meraih juara.
Silakan baca tulisan yang membahas istilah diving yang kerap terjadi dalam pertandingan sepak bola.
Kita mengenal tim unggulan yang diprediksi bakal bersaing di papan atas. Di bawah mereka ada tim medioker yang biasanya bercokol di papan tengah. Ada pula tim penggembira yang “boleh ikut aja udah senang”.
Selain ketiga sebutan tersebut, biasanya muncul tim “kejutan” dengan menorehkan hasil tak terduga. Sebuah tim (yang dinilai) lemah bisa saja menjungkalkan rival (yang dianggap) kuat.
Apa, ya, julukan bagi tim seperti ini?
Unggul di Tabel Bukan Jaminan Unggul di Lapangan
Dalam setiap penyelenggaraan Piala Dunia, penggolongan peserta semacam itu jamak terjadi. Bahkan secara resmi otoritas sepak bola dunia menyematkan peringkat bagi setiap peserta yang berguna dalam pembagian grup.
Piala Dunia 2022 yang sedang berlangsung di Qatar tak luput dari penggolongan tersebut. Semua jenjang berisi tim-tim tertentu yang bersifat dinamis bergantung pada naik turunnya peringkat masing-masing tim pada periode sebelumnya.
Meskipun dinamis,tetapi pada kenyataannya sebagian besar posisi unggulan diisi tim-tim yang itu-itu juga. Mereka bagaikan pelanggan tetap unggulan Piala Dunia dalam setiap penyelenggaraannya.
Kita mengenal Brasil dan Argentina sebagai “unggulan abadi” mewakili Amerika Latin. Kita juga mafhum akan keberadaan negara-negara Spanyol, Prancis, Inggris, dan beberapa negara lainnya dalam posisi serupa dari benua Eropa.
Apakah posisi favorit bakal mengantarkan pemegangnya meraih tempat tinggi dalam kenyataan? Tentu saja tidak.
Setidaknya, dalam beberapa laga awal grup, sebagian tim unggulan tampil meragukan. Raksasa sepak bola Argentina dan Jerman tumbang di laga perdana mereka.
Tragisnya, mereka tersungkur oleh para underdog sesuai peringkat yang diberikan FIFA selaku pemegang wewenang mengatur persepakbolaan dunia.
Munculnya istilah underdog yang selalu disematkan pada tim peringkat bawah itu konon berawal dari perkelahian anjing. Ivan Lanin menyebut nonunggulan sebagai padanan kata underdog dalam bahasa Indonesia.
Bayangkan, Argentina dengan pemain sekaliber Messi berada di dalamnya, ditaklukkan Arab Saudi yang di tingkat Asia saja tidak selalu berjaya. Kemudian, si Panser Jerman yang telah empat kali menggondol Piala Dunia harus mengakui keunggulan pasukan Asia lainnya, Jepang.
Hati-hati saja kalian para favorit. Posisi kalian di “dunia nyata” tak selalu seiras dengan kedudukan kalian dalam tabel peringkat dunia.
Kuda Hitam Tak Bersurai Bikin Lawan Terkulai
Bagaimana peluang negara-negara yang tidak masuk golongan unggulan? Peluang mereka tidak tertutup dan mereka masih mempunyai harapan.
Kuda hitam adalah julukan yang lazim disematkan bagi tim-tim dalam kategori demikian. Lho, mengapa ada kuda diikutsertakan dalam Piala Dunia?
Sabar, ini bukan jenis binatang yang biasa menjadi tunggangan para kesatria. Kuda hitam hanyalah sebuah istilah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kuda hitam sebagai ‘peserta pertandingan (perlombaan) yang semula tidak diperhitungkan akan menang, tetapi akhirnya menjadi pemenang’. Frasa ini memang lekat dengan dunia olahraga termasuk sepak bola.
Silakan baca ulasan mengenai makna kata olahraga.
Arab Saudi dan Jepang pantas mendapatkan “anugerah” ini. Ya, kedua negara itu telah menunjukkan potensi mereka sebagai kuda hitam yang bisa memporakporandakan perkiraan banyak orang.
Kita tunggu, siapa lagi yang bakal menyusul tampil “mengejutkan” sehingga berhak menyandang “gelar” kuda hitam dalam pertandingan-pertandingan selanjutnya. Keseruan sebuah kejuaraan bisa meredup tanpa kehadiran kuda hitam.
Arti Pecundang: Awas, Pecundang Jahat Jangan Mendekat!
Argentina dan Jerman menjadi pecundang pada pertandingan pertama yang mereka lakoni. Benarkah kedua negara itu telah menjadi pecundang di awal laga?
Kedua negara yang biasanya tak kesulitan menorehkan angka itu benar dikalahkan oleh lawan-lawan mereka. Namun, kalau dikatakan mereka pecundang, saya tidak berani langsung mengiyakannya.
Lho, mengapa ragu? Bukankah mereka memang telah dipecundangi oleh Arab Saudi dan Jepang?
Baiklah, dalam konteks ini, Argentina dan Jerman adalah pecundang.
Namun, dalam konteks yang berbeda, kata pecundang tidak bisa diterapkan secara serampangan. Sebab, kata pecundang memiliki beberapa arti yang berbeda satu sama lain.
Yuk, kita kunjungi kamus besar kita sejenak untuk menelusuri beberapa makna kata pecundang.
Pertama, kata pecundang artinya ‘orang yang menipu’. Apakah Argentina dan Jerman menipu? Wah, saya tidak tahu, dan saya tidak berani menuduh mereka seperti itu.
Kedua, pecundang adalah ‘orang yang menghasut’. Lagi-lagi saya tak punya nyali untuk mengambil kesimpulan menyangkut tindakan ini.
Ketiga, arti pecundang alias kecundang adalah ‘pihak yang dikalahkan (biasanya tanpa diduga)’. Nah, yang ini saya setuju. Argentina dan Jerman memang dikalahkan lawan-lawannya, dan sepertinya banyak orang tidak menduga terjadinya kekalahan ini hingga kedua pertandingan berakhir.
Medioker dan Semenjana Artinya Sama?
Usai membahas pecundang, sekarang kita naik kelas sedikit.
Pada posisi di atas underdog alias nonunggulan, tetapi tidak bisa dikategorikan sebagai unggulan, terdapat deretan tim-tim medioker. Negara-negara yang bercokol di tempat ini bukan tim kacangan dan bukan pula tim jempolan.
Secara umum, negara-negara medioker bukanlah “lumbung gol” bagi para unggulan. Lawan-lawan mereka harus “berkeringat” dulu sebelum menorehkan kemenangan (yang kebanyakan berselisih gol sedikit).
Tim-tim medioker berpeluang lolos dari fase grup. Namun, kalaupun berhasil masuk babak gugur, biasanya mereka tak mampu beranjak lebih jauh dari posisi itu.
Silakan kunjungi artikel yang menyoroti kepopuleran Bruno Fernandes dari Manchester United yang mampu “meluruskan” susunan kata dalam kalimat yang tidak tepat.
Sebutan lain bagi negara yang masuk kelompok ini adalah tim semenjana. Kata semenjana berasal dari bahasa Sanskerta samanjana yang berarti ‘cocok bersama’.
Semenjana artinya ‘menengah’ atau ‘sedang’.
“Ah, sedang-sedang saja.” Barangkali inilah cuplikan dari sebuah lagu yang bisa menggambarkan tim semenjana.
Nah, itulah arti pecundang, underdog, semenjana, dan kuda hitam dalam kejuaraan sepak bola Piala Dunia.
Post a Comment
Post a Comment