Istilah diving dalam sepak bola kembali mengemuka. Sebuah aksi tidak elok tersaji dalam semi final Olimpiade Tokyo ketika Brasil bersua Meksiko.
Aksi tak terpuji itu pun berbuntut “tragedi”. Wasit mengubah keputusannya memberikan tendangan penalti
bagi Brasil usai mengamati tayangan Video
Assistant Referee (VAR).
Pokok masalah yang menimbulkan kekisruhan itu adalah tindakan Douglas Luiz yang terkesan curang. Kala itu, badannya berbenturan dengan Jose Esquivel di kotak penalti Meksiko hingga keduanya tersungkur.
Posisi Luiz yang berada di depan Esquivel terlihat seakan-akan ia dilanggar oleh pemain Meksiko bernomor punggung enam belas itu. Kedua pemain dibantu oleh rekan-rekan mereka segera merubung wasit minta “keadilan”.
Tanpa berpikir panjang, wasit segera mengambil keputusan yang tak lama kemudian berbuah kericuhan. Ketetapannya memberikan tendangan penalti kepada Brasil seusai insiden “kotor” itu membuat para penggawa Meksiko naik darah.
Baca juga tulisan tentang makna kata olahraga.
Dalam tayangan ulang televisi yang saya saksikan, Luiz terlihat sengaja memasang badannya di hadapan Esquivel yang tengah berlari kencang. Sepertinya ia berharap dirinya dilanggar lawannya—atau mungkin bermaksud mengamankan bola, entah apa yang terlintas dalam pikirannya.
Setelah para pihak yang terlibat, dengan pelbagai ekspresi kecewa dan marah, beradu argumen, wasit memutuskan untuk mengunjungi konter VAR di tepi lapangan. Sejenak wasit terlihat mengamati tayangan ulang kejadian penting itu.
Hasilnya? Sang pengadil mengurungkan hukuman yang harus diterima Meksiko. Tim Samba batal mendapatkan peluang besar mencetak gol dari titik putih dan meraih keunggulan sementara atas Sombrero.
Sepanjang laga hingga berakhirnya pertandingan, kedua tim tidak berhasil menceploskan si kulit bundar ke gawang lawan masing-masing.
Tim asal negara yang sarat prestasi sepak bola dunia, Brasil, yang menguasai jalannya pertandingan, akhirnya menuju babak akhir. Seusai menundukkan lawannya dalam adu tendangan penalti, mereka bakal bertarung melawan tim Matador Spanyol dalam perebutan medali emas.
Meminjam Kemampuan Makhluk Lain
Saya tidak akan membahas lebih panjang lagi soal pertandingan yang terlihat timpang itu. Saya lebih suka membincang urusan lain yang masih berhubungan dengan salah satu cabang olahraga dengan banyak penggemar di seluruh dunia itu.
Dalam suatu pertandingan sepak bola, biasanya akan bertabur kata kerja yang dipinjam dari pihak lain dan disematkan bagi para pemain yang tampil. Sebut misalnya, para burung harus rela meminjamkan kemampuan andalannya, terbang, terutama kepada seorang penjaga gawang dalam sebuah tim sepak bola.
“Dengan gemilang, Guillermo Ochoa, kiper senior Meksiko itu, terbang menghalau bola yang mengarah ke gawangnya.”
Itu salah satu contoh pembawa acara siaran pertandingan sepak bola di televisi saat meminjamkan—sangat mungkin tidak meminta izin kepada pemiliknya—kata kerja “terbang” kepunyaan para burung kepada seorang penjaga gawang. Begitulah manusia, sudah memiliki banyak sekali kecakapan yang tidak dipunyai makhluk lain, masih juga “merampas” kemampuan yang dimiliki binatang yang tak mempunyai banyak keterampilan seperti manusia.
Pertandingan semi final cabang sepak bola Olimpiade 2020 Tokyo yang telah saya singgung di atas juga memperlihatkan contoh lain peminjaman kata dalam sepak bola. Sebutan pelaku diving segera tersemat pada diri Douglas Luiz seusai tindakannya yang membikin para pemain Meksiko murka.
Istilah yang umum terjadi pada bidang lain pun turut meramaikan dunia sepak bola. Kosakata “gaib” diving menjadi bagian tak terpisahkan dari pertandingan bola.
Dengan mengingat pelajaran bahasa Inggris semasa sekolah, barangkali kita akan terheran-heran mendapati kenyataan ganjil ini. Kita tentu masih mengingat dengan baik bahwa makna diving adalah menyelam. Bagaimana mungkin seseorang menyelam di lapangan bola?
Arti Diving dalam Sepak Bola
Ternyata, dalam dunia sepak bola, diving artinya berbeda. Ia merupakan wujud perangai buruk yang dipertontonkan oleh seorang pemain bola yang beraksi bak artis drama.
Diving dalam sepak bola adalah suatu istilah yang disematkan kepada seorang pemain yang secara sengaja menjatuhkan diri seakan-akan dilanggar oleh lawannya.
Dalam beberapa kasus, berdasarkan tayangan ulang tidak tampak adanya benturan. Tujuan utama teknik diving dalam sepak bola adalah untuk memengaruhi wasit agar lawan mendapatkan hukuman.
Baca juga tulisan yang membahas arti dari toxic dan padanannya dalam bahasa Indonesia.
Tingkah semacam ini kerap dilakukan seorang penyerang yang berada dalam kotak penalti lawan. Bila upayanya berhasil, keuntungan yang bakal didapatkan timnya sangat menggiurkan, yakni tendangan penalti yang memberikan peluang menghasilkan gol amat tinggi.
Bila dalam sebuah pertandingan muncul kejadian seperti ini, maka kata diving akan seketika menjadi sangat penting. Pembawa acara dan komentator bakal sering menyebut-nyebutnya sepanjang siaran yang mereka bawakan. Media-media lainnya pun akan berduyun-duyun memasang kata ini dalam berita dan ulasan yang akan mereka tayangkan pada kesempatan berikutnya.
Sejarah mencatat, Juergen Klinsmann, seorang pemain kawakan asal Jerman sempat dinobatkan sebagai raja diving dalam sepak bola. Predikat itu tersemat pada dirinya lantaran aksi “menyelam” yang dipertunjukkannya telah membantu Tim Panser menjuarai ajang Piala Dunia 1990.
Mencari Padanan Kata Diving dalam Sepak Bola
Nah, sekarang kita akan kembali lagi pada urusan pinjam-meminjam kemampuan binatang kepada manusia. Peminjaman kata terbang, yang merupakan produk dalam negeri, sepertinya tidak perlu dipersoalkan. Berbeda halnya dengan istilah diving yang jelas-jelas bagian dari bahasa asing.
Barangkali perlu dicarikan ungkapan lain atau dilakukan penyesuaian terhadap kata ini agar lebih pas terucap oleh lidah kita. Selain itu, tentu kita gembira melihat tambahan perbendaharaan kosakata dalam bahasa kita.
Baca juga pembahasan mengenai kata 'passion'.
Untungnya, sebelum menyaksikan partai Brasil versus Meksiko, saya sempat membaca sebuah cuitan Ivan Lanin yang ternyata berkaitan dengan pertandingan ini. Melalui akunnya, sang pencinta bahasa Indonesia menayangkan usulan padanan kata diving menjadi “jatuh tipu”.
Saat itu saya belum meneliti lebih lanjut, apakah kata itu masih sebatas usulan atau sudah resmi menjadi kosakata baku dalam bahasa Indonesia.
Adegan yang diperagakan oleh Douglas Luiz di dalam kotak penalti Meksiko mengingatkan saya pada kata yang berkonotasi buruk dalam dunia sepak bola itu. Sebuah istilah yang kerap diucapkan dan hingga kini, setelah menelusuri Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), saya belum menemukan frasa “jatuh tipu” di dalamnya.
Padanan kata bisa menjadi modal penting untuk memperbanyak kosakata bahasa Indonesia. Semoga saja pihak berwenang segera menetapkan padanan kata diving, apakah sesuai usulan Ivan Lanin atau saran orang lain.
Diving dalam sepak bola memang berbeda dengan diving-diving lainnya.
Post a Comment
Post a Comment