Ilustrasi pencarian di internet. Sumber gambar: Gerd Altmann dari Pixabay
Menjelang akhir tahun lalu, Google telah merilis data pencarian di internet menggunakan mesin pencari miliknya sepanjang tahun 2020 yang lalu. Sebagian kata atau frasa yang muncul dalam barisan kata terpopuler tidak lepas dari bencana yang melanda dunia nyaris sepanjang tahun.
Sementara itu, sebagian kata dan frasa terkenal lainnya bisa dikatakan melejit karena suatu peristiwa yang terjadi pada tahun 2020 yang baru saja kita lewati. Selepas peristiwa itu, pencarian atas kata atau frasa itu berangsur-angsur menurun.
Inilah Pelaku Utamanya: Virus Corona
Tidak mungkin kita tidak memperhitungkan virus Corona sebagai makhluk yang paling menjadi perhatian warga dunia. Sepak terjangnya benar-benar mengacaukan tatanan dunia, termasuk Indonesia.
Virus Covid-19 yang mulai merajalela pada awal tahun 2020 dan belum berhenti hingga memasuki tahun 2021 sangat memengaruhi kehidupan manusia. Hampir tidak dapat kita temukan suatu segi kehidupan yang tak terdampak oleh virus yang pertama kali terdeteksi di daratan China ini.
Maka, tak heran jika istilah-istilah yang berhubungan dengan merebaknya virus Corona sangat menguasai panggung dunia. Termasuk panggung yang semakin eksis semasa pandemi, yakni internet.
Setidaknya terdapat tiga dari sepuluh penelusuran terpopuler merupakan kata-kata yang berhubungan langsung dengan pandemi Covid-19.
Virus Corona dan PSBB menempati peringkat teratas daftar itu. Sementara itu frasa hand sanitizer berada pada urutan ke tujuh.
Kita semua telah mengetahui bahwa PSBB merupakan kebijakan yang muncul dalam rangka membatasi penyebaran virus yang menggegerkan itu. Adapun hand sanitizer adalah salah satu sarana andalan untuk menjaga diri dari serangan si virus ganas.
Selain ketiga istilah itu, juga terselip dua frasa yang berkaitan erat dengan keberadaan virus Corona. Kedua frasa itu adalah sepeda lipat dan Google Classroom.
Silakan baca juga tulisan mengenai manfaat menulis kosakata langka.
Melonjaknya popularitas sepeda lipat tak bisa dilepaskan dari pandemi Corona. Banyak orang mendadak rajin bersepeda sebagai salah satu aktivitas untuk mengurangi rasa bosan lantaran banyaknya pembatasan dalam rangka menekan penyebaran sang virus.
Google Classroom juga menerima “berkah” dari kondisi selama masa pandemi. Program ini menjadi sebuah alternatif sarana komunikasi daring secara massal yang banyak dilakukan institusi dan perusahaan.
Frasa yang “Menyerempet” Corona
Bahkan dua frasa lainnya yang tampak tidak berkaitan dengan pandemi ini, sebenarnya juga bisa “diserempet-serempetkan” dengan Corona. Coba kita ulas sedikit kedua frasa itu, Kartu Pra Kerja dan Omnibus Law.
Kartu Pra Kerja merupakan program kerja andalan pemerintahan Jokowi. Seperti diberitakan detik.com, ide mengenai program Kartu Pra Kerja sebenarnya telah mencuat sejak masa kampanye Pilpres tahun 2019.
Dalam perjalanannya kemudian, pemerintah menyesuaikan beberapa unsur dalam program ini dengan adanya pandemi virus Covid-19. Program ini sekaligus dimanfaatkan untuk mengurangi derita warga yang terhimpit ekonominya karena pengaruh Corona.
Bagaimana dengan Omnibus Law? Banyak perdebatan yang terjadi menyangkut terbitnya kebijakan yang satu ini.
Berita-berita dan ulasan-ulasan yang banyak beredar di media massa menggambarkan betapa kontroversialnya proses terciptanya aturan ini. Banyak pihak yang mengatakan bahwa DPR bersama pemerintah memanfaatkan situasi masa pandemi untuk mengegolkan keinginan mereka.
Sejak mula, peraturan ini terindikasi akan banyak ditentang oleh berbagai elemen dalam masyarakat. Masa pandemi yang banyak memunculkan pembatasan menjadi peluang bagus bagi kedua Lembaga Negara itu untuk mengesahkan Undang-Undang sapu jagat itu.
Barangkali mereka berharap, dalam masa pandemi ini tidak akan muncul banyak penentangan atas disahkannya peraturan itu. Ternyata, bila benar anggapan itu, harapan mereka tak terwujud.
Kita telah mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat menyusul keputusan tak populer itu. Besarnya reaksi masyarakat telah mendorong tingginya keingintahuan orang akan permasalahan yang berkaitan dengan urusan ini.
Maka, frasa ini menjadi sangat populer karena banyak dicari orang. Dan salah satu saluran pencarian yang paling gampang dilakukan adalah internet.
Nah, dari paparan di atas terlihat bahwa sekitar 70% pencarian paling populer berhubungan dengan pandemi virus Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa wabah yang telah berlangsung lebih dari sembilan bulan ini berdampak sangat besar bagi sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia.
Kata-Kata Populer Lainnya
Selain kata dan frasa yang berkaitan dengan virus Corona, terdapat tiga kata atau frasa yang bisa dikatakan tidak ada sangkut-pautnya dengan wabah yang melanda dunia itu. Ketiga istilah populer itu adalah odading, Glenn Fredly dan Lagu Lathi.
Odading, suatu jenis makanan yang disebut-sebut sebagai jajanan khas Bandung, melejit sejak seorang selebgram mengunggahnya melalui sebuah kanal media hingga menjadi viral. Sesuatu yang viral tentu mengundang banyak manusia ikut menumpang sehingga mendorong ungkapan viral itu menjadi semakin terkenal.
Anda mengenal Kaurfastor Subbagyantor Yanma? Silakan baca ulasan mengenai "bahasa aneh" yang acap digunakan oleh kalangan tertentu.
Nama Glenn Fredly banyak menghiasi halaman-halaman berita terutama situs-situs hiburan setelah sang penyanyi meninggal dunia. Banyaknya penggemar artis ini tentu saja turut mengantar namanya banyak dicari orang di internet.
Frasa populer terakhir tidak saya kenal sebelumnya. Saya baru mengetahui sedikit informasi mengenainya setelah menelusurinya melalui mesin pencari.
Ternyata frasa ini merupakan sebuah judul lagu. Kabarnya, lagu yang digubah oleh kelompok Weird Genius ini popularitasnya meroket di dunia maya.
Barangkali karena pemahaman tentang musik yang dangkal, saya tidak mengenal dengan baik lagu berbahasa Inggris dengan sisipan bahasa Jawa ini. Penelusuran yang saya lakukan menunjukkan bahwa selain viral, lagu ini juga mengundang kontroversi.
Ulasan dari Sisi Bahasa
Bila kita melihat 10 penelusuran terpopuler itu dari sisi bahasa, semestinya daftar itu cukup melegakan. Kata dan frasa yang berasal dari bahasa nasional kita cukup mendominasi daftar itu, atau setidaknya tidak tergusur oleh popularitas istilah-istilah bahasa asing atau “bahasa jadi-jadian”.
Enam dari 10 kata atau frasa populer itu, frasa secara keseluruhan atau sebagian unsur kata di dalamnya, bisa kita temukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hal itu menandakan bahwa istilah-istilah itu diakui sebagai bagian resmi dari bahasa Indonesia.
Sementara itu, tiga kata atau frasa merupakan istilah-istilah yang berasal dari bahasa asing, yakni bahasa Inggris. Sedangkan satu kata merupakan kosakata dalam bahasa daerah, satu nama orang dan satu lagi nama jenis makanan.
Saya sempat salah menduga kata ‘odading’ berasal dari bahasa Sunda. Ternyata penelusuran yang saya lakukan menemukan kenyataan yang berbeda.
Situs berita nasional kompas.com mengabarkan bahwa penamaan penganan itu terjadi secara tidak sengaja pada masa kolonial.
Ceritanya, ada seorang anak Belanda merengek-rengek kepada ibunya. Sepertinya ia ngiler melihat seorang penjaja makanan yang lewat.
Setelah mendekat, penjual makanan menunjukkan kue yang terbungkus daun pisang. Begitu menyaksikan pembungkus kudapan itu dibuka, si nyonya Belanda berseru “O, dat ding?”
Barangkali sang nyonya terperanjat melihat sebentuk makanan yang belum pernah ditemuinya. Maka, ia pun menyerukan sebuah kalimat singkat yang bermakna “O, barang itu?”
Ungkapan spontan ibu Belanda itu menjadi muasal roti goreng itu dikenal dengan nama odading hingga kini.
Nah, itulah sepuluh kata terpopuler dalam penelusuran di mesin pencari Google sepanjang tahun 2020. Kita nantikan kata-kata apa yang akan melonjak menjadi populer tahun 2021 ini.
Post a Comment
Post a Comment