Apakah Anda kerap dianjurkan meneladani seseorang yang dianggap layak ditiru seperti guru? Hati-hati, salah menggunakan kata meneladani bisa malu hati, lho."
Sudah menjadi kebiasaan, banyak orang menganjurkan agar kita meneladani sosok orang yang memiliki keunggulan. Ucapan-ucapan mengenai keteladanan kerap mencuat pada hari peringatan peristiwa tertentu.
Misalnya pada Hari Kartini tanggal 21 April yang lalu, kita banyak menemukan ucapan atau tulisan yang mengajak masyarakat meneladani Ibu Kartini yang bertebaran di berbagai media. Serupa dengan Hari Kartini, tanggal 10 November nanti, mungkin akan banyak kita temui ajakan meneladani sikap para pahlawan.
Nah, hari ini merupakan Hari Guru Sedunia. Saya menduga pada hari ini akan bertebaran ucapan-ucapan terkait peringatan tersebut. Barangkali salah satu bentuk ucapan itu berupa imbauan untuk meneladani guru.
Apakah hal itu keliru? Soal keliru atau tidak, tergantung pada sisi mana kita melihatnya.
Baca juga: “Menghembuskan Nafas”, Dua Kesalahan dalam Satu Ungkapan
Makna Kata Meneladani
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi makna kata meneladani sebagai memberi teladan. Sementara itu, kata teladan mengandung arti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya).
Mengacu kepada kedua makna kata menurut KBBI tersebut, kita bisa mengatakan bahwa kata meneladani berarti memberi sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh. Lalu bagaimana penerapannya dalam penuturan sehari-hari?
Banyak contoh kalimat yang mengandung kata meneladani tidak sejalan dengan pengertian kata ini. Makna yang muncul dari kebanyakan ucapan tidak sesuai dengan maksud orang yang mengucapkan kalimat dimaksud.
Saya mengambil contoh sebuah kalimat yang diucapkan oleh seorang tokoh saat peringatan Hari Kartini bulan April lalu. "Perempuan-perempuan era sekarang harus meneladani sikap dan sifat yang dimiliki oleh RA Kartini, khususnya dalam hal keuletannya untuk menuntut ilmu."
Jika kita melihat kembali makna kata meneladani yang disampaikan oleh KBBI, maka sang tokoh mengharapkan agar para perempuan era sekarang memberi contoh kepada RA Kartini. Benarkah demikian?
Seandainya benar yang dimaksudkannya seperti ini, lalu bagaimana caranya RA Kartini mencontoh perempuan-perempuan masa kini? Bukankah Ibu Kartini telah lama wafat sebelum perempuan-perempuan itu lahir?
Mari kita perhatikan kalimat lain yang disampaikannya dalam kesempatan yang sama. “Sikap dan sifat yang dimiliki oleh RA Kartini sangat patut dicontoh untuk perempuan masa kini.”
Bila kita cermati pernyataan yang kedua, kita bisa menyimpulkan bahwa yang dimaksud oleh sang tokoh mestinya para perempuan zaman kini seharusnya mencontoh RA Kartini, bukan sebaliknya. Karena menurutnya, RA Kartini patut menjadi contoh bagi perempuan masa kini.
Lantas, Bagaimana Seharusnya?
Terdapat banyak alternatif untuk menyampaikan ungkapan tersebut. Alternatif yang akan kita pakai bisa tetap menggunakan pola kalimat yang sama, bisa juga berbeda.
Jika menggunakan pola kalimat yang sama, kita hanya perlu mengganti kata meneladani dengan kata meneladan. Sesuai penjelasan KBBI, meneladan berarti mencontoh atau meniru.
"Perempuan-perempuan era sekarang harus meneladan sikap dan sifat yang dimiliki oleh RA Kartini, khususnya dalam hal keuletannya untuk menuntut ilmu."
Bila kita ingin tetap menggunakan kata meneladani, kita bisa mengubah bentuk kalimat itu menjadi kalimat pasif. Hanya saja, bentuk kalimat pasif akan mengubah subyek kalimat.
"Melalui sikap dan sifat yang dimilikinya, khususnya dalam hal keuletannya untuk menuntut ilmu, RA Kartini bisa meneladani perempuan-perempuan era sekarang."
Baca juga: Nasib Pedestrian yang Serupa dengan Busway
Uji dengan Sinonim
Untuk meyakini penggunaan kata yang benar, kita bisa menguji kalimat itu menggunakan sinonim kata teladan. Terdapat beberapa sinonim kata meneladani yang saya peroleh dari Kamus Tesaurus terbitan Badan Bahasa. Satu di antara sinonim meneladani adalah memandu.
Kita coba menggunakan kata memandu. "Perempuan-perempuan era sekarang harus memandu sikap dan sifat yang dimiliki oleh RA Kartini, khususnya dalam hal keuletannya untuk menuntut ilmu."
Nah, makna kalimat itu semakin terlihat tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh sang penutur.
Sementara itu, kata meneladan memiliki cukup banyak sinonim. Sinonim kata meneladan yang dimunculkan dalam Kamus Tesaurus antara lain mencontoh, mengikuti, meniru, menjiplak, menurut, dan menyerupai.
Penggunaan sinonim-sinonim itu memang harus menyesuaikan dengan konteks kalimatnya. Namun, kita bisa melihat bahwa secara umum penggunaan sinonim-sinonim itu untuk menggantikan kata meneladan tidak mengubah makna kalimat.
Berkaitan dengan Hari Guru Sedunia yang diperingati hari ini, manakah di antara kalimat di bawah ini yang benar?
1. Murid meneladani guru.
2. Guru meneladani
murid.
Keduanya bisa benar dan bisa salah, bergantung pada makna yang diinginkan oleh si pembuat kalimat. Jika guru memiliki sikap yang pantas menjadi teladan, maka kalimat kedua layak kita ucapkan.
Tak jarang kita menemukan sosok guru yang rendah hati. Sang guru mengatakan, “Meskipun saya seorang guru, tetapi saya meneladani murid-murid saya.”
Maaf, Pak Guru. Kalau Bapak hendak mengatakan bahwa Bapak belajar dari murid-murid, seharusnya Bapak menggunakan kata meneladan dalam kalimat yang Bapak sampaikan.
Namun, jika Bapak menyatakan hal itu, tentu saja kami akan merasa sangat malu. Kami tidak pantas meneladani guru. Kami yang seharusnya meneladan para guru.
Dalam salam dari salah satu guru di Tana Toraja.
ReplyDeleteGuru yang baik tak hanya mentrasfer ilmu lewat catatan . Tapi memberi contoh dan teladan :)
Setuju, Bu.
Delete