Akronim adalah bentuk singkatan kata yang acap digunakan secara berlebihan. Bagaimana aturan pembentukan akronim yang sebenarnya?
Kaurfastor Subbagyantor Yanma, Anda tahu bahasa apa ini? Saya menemukan untaian kata aneh ini dalam sebuah pemberitaan media kemarin.Perseteruan antara Kasat Sabhara dengan Kapolres Blitar sepertinya akan segera usai. Salah satu indikasinya terlihat saat mereka berpelukan. Semoga hubungan kedua pejabat Kepolisian itu akan semakin baik pada masa mendatang.
Di luar urusan pertikaian kedua pejabat yang sempat menjadi berita viral itu, saya menemukan hal yang cukup mencengangkan ketika membaca berita di kompas.com kemarin.
Setiap kali membaca kabar mengenai Kepolisian, saya sering menemukan sejumlah “istilah asing”. Hal yang sama saya dapati ketika membaca berita seputar rekonsiliasi pejabat Polres Blitar itu.
Saya yakin, Anda telah akrab dengan kata ‘Kapolres’. Istilah ini kerap menghiasi pemberitaan media-media di Indonesia. Dalam pembicaraan sehari-hari pun, orang sering menyebut kata ini.
Silakan baca artikel tentang makna kata olahraga dan hubungannya dengan sikap orang-orang yang terlibat dalam dunia olahraga.
Bagaimana dengan istilah 'Kasat Sabhara'? Sepertinya kata ini tak sepopuler istilah Kapolres. Namun, dengan meraba-raba, mungkin kita bisa mengira-ngira artinya.
Kata kasat yang menjadi bagian dari istilah ini tidak berhubungan dengan kasatmata, lho. Kasat merupakan sebuah akronim yang sudah familier menjadi sebutan suatu posisi dalam organisasi. Kepanjangannya adalah Kepala Satuan.
Bagaimana dengan Sabhara? Istilah ini sudah lebih spesifik dibandingkan Kasat. Saya sempat berniat untuk mencari makna kata ini melalui mesin pencari.
Beruntung sekali saya mengingat Kamus Besar Bahasa Indonesia alias KBBI. Dan kabar baiknya, kamus bahasa Indonesia itu telah memuat akronim yang satu ini. Menurut KBBI, Sabhara merupakan akronim untuk menyebut salah satu nama satuan dalam Kepolisian, yaitu Samapta Bhayangkara.
Akronim populer Kapolres sudah kita ketahui sejak lama. Akronim Kasat Sabhara telah pula kita pahami maknanya setelah melalui beberapa kali penelusuran. Kini, kita tiba pada “istilah asing” yang benar-benar tak pernah singgah di telinga.
Akronim Adalah Gejala Bahasa yang Kerap Membingungkan
“Adapun Agus kini dipindahtugaskan ke Polda Jawa Timur sebagai Kaurfastor Subbagyantor Yanma.”
Saya terenyak membaca kutipan berita kompas.com ini. Bukan soal pemindahtugasan Pak Agus dari Polres Blitar ke Polda Jawa Timur yang mengherankan saya.
Yang bikin saya tercengang adalah penyebutan sebuah istilah yang sangat asing di telinga saya: Kaurfastor Subbagyantor Yanma. Apa pula ini maksudnya?
Untung saja saya membaca berita ini secara lengkap sehingga saya tahu bahwa Kaurfastor Subbagyantor Yanma adalah sebutan untuk sebuah jabatan di Kepolisian. Jika saya menemukan deretan kata ini berdiri sendiri, saya akan menyangka bahwa kata-kata ini merupakan istilah asing yang berasal dari bahasa Thailand atau bahasa Rusia.
Silakan baca juga ulasan mengenai perbedaan “kasta” antara kartu member dan kartu anggota.
Rasa penasaran akan sebutan “aneh” ini telah membawa saya kembali berseluncur dengan mengendarai sebuah mesin pencari yang terkenal sakti. Penelusuran yang saya lakukan menghasilkan sejumlah istilah yang tak kalah mencengangkan dibandingkan istilah yang telah saya sebutkan, Kaurfastor Subbagyantor Yanma.
Coba perhatikan sederet kata “ganjil” ini: Subbagharbangling, Urrenmin, atau Urpamprot. Apakah Anda paham dengan istilah-istilah itu? Jika terus dicari, deretan akronim dalam institusi ini akan menjadi panjang sekali.
Mungkin kita bisa menduga-duga makna beberapa penggalan kata dalam istilah-istilah itu. Misalnya saja subbag. Namun penggalan-penggalan lainnya barangkali hanya Tuhan dan orang-orang di Kepolisian yang tahu.
Setelah melihat deretan akronim ajaib itu, saya menjadi tidak heran lagi dengan akronim-akronim “receh” semacam tilang, polantas, dan curanmor. Itu mah biasa banget.
Omong-omong, masih penasaran nggak sama Kaurfastor Subbagyantor Yanma? Kalau masih penasaran, saya kasih tahu maknanya.
Kaurfastor Subbagyantor Yanma merupakan sederet akronim dengan kepanjangan masing-masing sebagai berikut:
- Kepala Urusan Fasilitas Kantor (Kaurfastor)
- Subbagian Pelayanan Kantor (Subbagyantor)
- Pelayanan Markas (Yanma)
Di antara deretan kata ganjil itu, hanya subbag yang telah masuk KBBI.
Kini, Akronim Merajalela di Mana-Mana
Instansi Kepolisian hanya satu contoh habitat tempat berkembangbiaknya akronim. Gejala bahasa ini memang telah berjangkit di banyak tempat.
Sebut saja misalnya di dunia militer. Tak sedikit akronim terbentuk di lingkungan TNI.
Kita bisa menemukan berbagai akronim di kawasan loreng ini. Mulai istilah yang sudah sangat terkenal semacam akabri hingga armed merupakan akronim-akronim yang akrab dengan kehidupan militer di Indonesia.
Di tempat ini juga muncul akronim-akronim yang “agak-agak maksa” semacam dankibeng dan menzikon. Ada yang tahu kepanjangan akronim-akronim itu?
Silakan baca juga artikel mengenai beberapa kontranim yang bisa menimbulkan kebingungan.
Kini, ada generasi yang menggandrungi akronim setengah mati. Siapa lagi mereka ini kalau bukan generasi yang kabarnya hobi rebahan ini.
Generasi ini dikenal memiliki talenta-talenta pencipta akronim yang luar biasa. Hasil karya mereka kini menyesaki dunia maya.
Kita bisa kehabisan waktu bila harus membeber semua akronim bikinan anak-anak belia itu. Rasanya, tak satu pun di antara kita yang tak pernah menjumpai akronim-akronim ajaib karya anak-anak muda.
Mager dan bucin adalah dua contoh akronim gaul yang telah menghuni KBBI. Sementara itu, pargoy dan ababil bisa menjadi contoh “akronim liar” yang belum ditampung kamus besar kita.
Sudah paham kepanjangan dan maksud dibuatnya akronim-akronim gaul itu?
Saking gemarnya masyarakat Indonesia bikin akronim, kamus besar kita telah menampung 1.353 lema akronim. Entah berapa banyak yang tidak tercantum di sana.
Bila ingin mengetahui akronim-akronim lainnya yang telah terdaftar dalam KBBI, Anda bisa menemukannya di KBBI Daring.
Silakan akses KBBI Daring, lalu masuk ke akun Anda yang terdaftar di sana. Setelah itu gulir kursor ke bawah hingga menemukan kategori “Jenis” dan “Akronim” di bawahnya.
Aturan Pembentukan Akronim
Menurut KBBI, makna akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar (misalnya ponsel telepon seluler, sembako sembilan bahan pokok, dan Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).
Mengutip Buku Pintar EYD, Bahasa & Sastra Indonesia (2011), terdapat dua aturan dalam membuat akronim. Kedua aturan itu adalah:
1. Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
Silakan baca juga tulisan yang membahas homonim yang bisa memicu kesalahpahaman jika tidak cermat menggunakannya.
Apalagi kalau akronim-akronim itu telah menjadi bagian dari pemberitaan media. Tentu saja istilah-istilah itu akan menjadi konsumsi masyarakat.
Saya membayangkan para pembaca atau pemirsa yang harus mengerutkan kening memikirkan makna istilah-istilah ajaib itu. Semoga tidak ada yang keliru mencarinya dalam kamus bahasa Thailand atau Rusia.
Nah, jelas bahwa akronim adalah gejala bahasa yang seharusnya dibentuk dengan mengindahkan aturan yang ada.
Post a Comment
Post a Comment