Kini kita tidak perlu menunggu datangnya berita dalam waktu yang lama. Sekarang ini hitungan kecepatan berita dalam detik saja. Bahkan tak jarang dalam sepersekian detik kita sudah bisa memperoleh kabar yang kita inginkan.
Mendapati kenyataan seperti itu, rasanya sayang bila lalu-lintas berita yang demikian kencang tidak kita manfaatkan. Salah satu faedah berita yang saya rasakan adalah sebagai sarana untuk belajar.
Sering saya menemukan materi berita yang mendatangkan inspirasi, khususnya inspirasi tulisan. Tak terkecuali inspirasi yang berkaitan dengan bahasa Indonesia, bahasa persatuan negeri kita.
Memang sebagian dari inspirasi-inspirasi itu lewat begitu saja tanpa sempat singgah di otak saya. Namun beberapa informasi lainnya bisa menambah isi buku catatan kecil saya.
Sudah cukup lama kita memasuki era digital. Meskipun demikian, saya masih setia mengandalkan buku kecil (orang banyak menyebutnya notes). Sesekali saja menggunakan gawai sebagai alat pencatat ide.
Nah, sebagian kecil dari berita-berita yang memberi inspirasi itu keluar lagi dari benak saya. Ide-ide yang bersumber dari berita-berita yang saya baca kembali “mengudara” dalam wujud artikel yang saya tayangkan di media daring. Bisa di media umum, bisa pula blog pribadi.
Silakan baca tulisan mengenai "diskrimasi" dalam penggunaan kata member dan anggota.
Kembali kepada tema bahasan tulisan ini. Saya telah menayangkan beberapa artikel yang membincang topik bahasa Indonesia, yang idenya saya dapatkan dari berita yang terbit di beberapa media.
Banyak sisi menarik yang bisa kita amati dari sebuah berita. Walaupun berita yang dibaca sama, tetapi setiap orang akan berfokus pada hal-hal yang menjadi minat atau kebutuhannya.
Selain untuk mengetahui kabar tentang peristiwa-peristiwa terbaru yang terjadi di seluruh penjuru dunia, saya membaca berita untuk belajar bahasa Indonesia. Media apa pun bisa menjadi sumber pembelajaran tentang bahasa Indonesia.
Pelbagai Cara Mengingat Ide
Seringkali niat awal saya sekadar mencari kabar ketika membuka-buka situs berita. Namun tak jarang saya menemukan hal-hal yang membikin hati saya mengucap “Kok begini, ya?”
Jika mendapati hal-hal yang seperti itu, biasanya saya melakukan beberapa langkah untuk mengabadikan hal menarik itu. Berikut ini 3 kegiatan yang saya lakukan.
1. Mencatat ide dalam buku catatan kecil
Catatan kecil berupa tulisan tangan singkat sangat berguna untuk menyimpan gagasan yang saya temukan agar tidak hilang begitu saja. Saya berusaha selalu menyediakan sebuah buku catatan kecil dan sebuah ballpoint atau pensil ketika sedang melakukan aktiwitas membaca, termasuk membaca berita.
Hal itu bila kegiatan membaca saya lakukan di rumah atau tempat kerja. Namun aktiwitas mambaca berita bisa terjadi di mana saja. Pada saat tidak tersedia media untuk mencatat berupa kertas, si mesin serba bisa bernama gawai biasanya menjadi dewa penolongnya.
2. Menyimpan tangkapan layar bagian berita yang menarik
Tangkapan layar (screenshot) menjadi suatu sarana yang sangat praktis untuk mengabadikan hal menarik yang saya dapatkan saat membaca. Namun adakalanya saya bingung sendiri ketika membuka-buka kembali isi tangkapan layar setelah berlalu sekian lama.
Sering saya tidak bisa mengingat rencana apa yang akan saya lakukan dengan gambar ini. Itulah sebabnya, jika kondisi memungkinkan, saya memilih untuk mencatatnya dalam sebuah buku catatan kecil.
Cara lain untuk mengingat gagasan dari sebuah tangkapan layar adalah dengan menuliskannya pada sesobek kertas atau stick note. Warna-warni stick note yang tertempel pada sebidang papan menjadi pengingat yang tak terlupakan.
3. Mengembangkan ide dari sebuah berita
Tentu saja ini merupakan kondisi ideal yang saya dambakan. Segera menuliskan kembali ide-ide yang saya dapatkan seusai membaca berita. Sudah pasti lebih gampang mengembangkan ide-ide yang masih terasa segar dalam ingatan.
Sayangnya, kondisi ideal semacam ini tidak selalu bisa kita jumpai. Waktu yang terbatas acap membuat ide yang tak tercatat amblas tak meninggalkan bekas.
Contoh Artikel yang Bersumber dari Berita
Mungkin saja saat itu saya tidak bisa langsung menghasilkan tulisan yang lengkap karena alasan tertentu seperti tidak ada waktu atau pikiran sedang kusut. Namun dengan langkah nomor 1 atau nomor 2, ide pokok yang terdapat dalam berita yang saya baca telah tersimpan dalam catatan kecil atau tangkapan layar.
Ketika telah mendapatkan kesempatan untuk mengembangkannya, saya bisa menghasilkan tulisan dari catatan itu. Bahkan seandainya tidak mampu merealisasikan ide itu menjadi sebuah tulisan dalam waktu dekat, barangkali catatan semacam itu akan berguna setelah tersimpan sekian lama.
Dalam artikel yang saya tayangkan di kompasiana.com berjudul “’Dosa’ Kalimat Pasif” misalnya, saya mengulas penggunaan kalimat pasif yang menyebabkan kerancuan makna. Saya memperoleh gagasan yang menghasilkan tulisan itu setelah membaca sebuah berita dengan judul yang menimbulkan tanda tanya.
Contoh lainnya adalah artikel saya yang saya beri judul “Di Sini Salah, Di Sana Benar” yang saya tayangkan pada media yang sama. Tulisan ini merupakan ungkapan “kegelisahan” saya saat menemukan penggunaan kata depan yang menurut saya kurang tepat pada banyak media yang beredar di negara kita.
Dalam blog ini juga terdapat tulisan yang merupakan pengembangan ide yang saya dapatkan dari berita yang tayang di media. Artikel berjudul “Susunan Kata yang Menjerumuskan Pembaca” merupakan sebuah contoh.
Artikel ini tercipta seusai saya terheran-heran membaca sebuah judul berita yang membikin saya kebingungan. Susunan kalimat dalam judul berita sebuah media daring telah memberi inspirasi bagi saya.
Mendapatkan keganjilan itu, saya lantas mencari sumber-sumber pengetahuan yang berkaitan dengan gagasan yang mengusik pikiran saya. Judul berita itu telah menjadi pemicu saya untuk belajar mengenai susunan kalimat dalam bahasa Indonesia.
Beberapa tulisan yang lain juga berangkat dari gagasan yang serupa. Tulisan berjudul “Nasib Pedestrian yang Serupa dengan Busway” pun bersumber dari berita menyangkut pedestrian, ditambah kejadian sehari-hari mengenai penggunaan kata busway.
Cara Belajar Bahasa Indonesia Melalui Berita
Itulah salah satu cara yang saya lakukan dalam mempelajari bahasa Indonesia. Media memang nyaris bisa mendatangkan apa saja.
Media bukan hanya sebagai tempat untuk mendapatkan informasi dan berita. Berita-berita yang ditayangkan media juga bisa menjadi sarana belajar yang efektif.
Silakan baca juga ulasan mengenai perkembangan kata developer sejak zaman manual hingga era digital.
Era digital telah melahirkan sarana menyampaikan informasi dan berita yang mudah dan sangat cepat. Adakalanya banyaknya informasi yang membanjiri pikiran kita bikin pusing kepala. Namun jika kita bisa mengolahnya, informasi-informasi itu bisa menjelma sebagai sumber gagasan yang tak habis-habisnya.
Masa pandemi Covid-19 sangat membatasi gerak fisik kita. Aktivitas bekerja dan belajar menjadi sangat terbatas. Bila kita menyerah pada keadaan, maka bukan hanya fisik kita yang terpenjara. Bisa jadi pikiran dan perasaan turut terkekang.
Pada saat-saat seperti ini, kemampuan berkreasi sangat dibutuhkan. Dengan kreativitas, kita tetap bisa menjalankan aktivitas belajar. Dunia daring telah menyediakan sumber daya yang demikian besar. Ia bisa menjadi sarana belajar apa saja, tak terkecuali ketika kita berniat untuk belajar bahasa Indonesia.
Post a Comment
Post a Comment